Harga Sebuah Persahabatan

Semalam saya meluangkan masa menekuni Kembara Sastera Nisah Harom. Memang mengujakan! Berkelana sendirian dengan pelbagai kekangan. Namun, kekangan yang dilihat sebagai cabaran itu menyalakan lagi semangat Kak Nisah untuk merealisasikan impiannya. Kak Nisah bercerita tentang beberapa orang rakan dan kenalan yang menghulurkan bantuan ketika di Tanah Ratu itu mengingatkan saya tentang harga sebuah persahabatan.

21 - 25 tahun yang lalu, ketika masih di bangku sekolah kehidupan saya secara zahiriah dikelilingi rakan-rakan seperjuangan. Di sebuah SBP, nun terpencil di Tanah Negeri. Jauh dari keluarga. Dan sanak-saudara, siapa lagi yang paling hampir dengan kita kalau bukan kawan, kan?

 Kawan ni memang ada macam-macam ragamnya .. Remajalah katakan. Ada yang jiwa kacau. Berkecamuk! Ada yang jiwa santai. Cool memanjang! Saya memilih untuk berada di tengah-tengah. Dalam banyak keadaan, saya memilih untuk bersederhana. Jujur saya katakan, saya tidaklah memilih status dalam berkawan. Tetapi untuk mencari sahabat karib, saya ada ktiteria tersendiri. Bukanlah apa sangat pun, menyedari diri yang tidaklah sekental 'ikan di laut masin', saya selalu berpesan kepada diri saya, jangan sembarangan mengakrabkan diri dengan orang. Perlu selalu ada sempadan.

Apabila hampir 2 dasawarsa berlalu, sahabat yang pernah akrab dengan kita di zaman persekolahan tidaklah seakrab ketika kita sama-sama duduk di asrama. Barangkali ada benarnya, jarak akan menjarakkan persahabatan yang pernah terjalin. Namun, saya percaya jauh di dasar hati, sekali ukhuwah itu terjalin ia akan hidup sampai bila-bila. Asal saja tiada perselisihan yang mencetuskan konflik. Dan dendam! Itu saja pantang-larangnya. Sebenarnya, dalam sesuatu komunikasi atau perhubungan silap faham di sana-sini itu sebenarnya perkara kecil. Ambil sikap memaafkan. Itu lebih baik. Islam mengajar kita usah ada dendam yang dipendam dalam diam. Dendam ini penyakit mazmumah yang memamah kebahagiaan hidup. Ya lah, dalam hati tersumbat kesumat. Zulmat atau titik hitam turut hidup di situ. Kenangan yang manis ketika masih bersahabat hilang begitu saja. Huh! Lazimnya begitulah manusia yang bercerita kepada saya tentang bencinya mereka kepada manusia yang paling akrab dengannya dulu.

Cerita tentang dendam. Apalah yang nak disimpan sangat. Bukannya membuahkan pahala pun, kan? Sekadar tergores sikit hati tu, lupakanlah. Bukankah kita wajar melupakan kesalahan yang pernah orang lakukan pada kita?

Mujurlah, dalam bab persahabatan saya selalu meletakkan 'harga' yang tidak ternilai. Pemberian best friends saya masih tersimpan kemas dan terjaga hingga kini.  Mereka yang pernah saya iktiraf sebagai rakan ketawa dan menangis selalu hidup di taman nurani saya. Sesekala saya tetap menyebut nama mereka di dalam doa saya. Kalaulah seorang sahabat lama yang menghantar SMS memaklumkan tentang ayahnya atau bunya telah kembali ke rahmatullah, apalah salahnya kita adakan kenduri tahlil khas untuk insan yang disayangi oleh sahabat kita, kan? Insya-Allah, jika kita ikhlas dalam menjalinkan ukhuwwah, Allah akan membuka ruang rezeki yang lebih luas dan mudah bagi kita.

Salam kasih fillah ..